Coronakonomi Indonesia dan Dunia


Tahun 2020 dapat dikatakan sebagai masa dimana ujian silih berganti menghampiri Indonesia. Di awali dengan peristiwa banjir yang membuka awal tahun 2020 dengan penuh kesengsaraan, negara rayuan kelapa ini sekarang menghadapi sebuah wabah pandemi yang telah menjangkiti ratusan negara di berbagai belahan dunia, yaitu covid-19.

Corona Virus Disease 19 atau yang lebih dikenal dengan sebutan covid-19 merupakan sebuah virus kategori baru yang tergolong dalam keluarga corona. Sebelum virus ini menjalar ke berbagai benua yang ada, kedua “kakak” dari virus tersebut telah mengambil start terlebih dahulu dalam menjangkiti manusia, yaitu SARS dan MERS. Namun dalam perkembangannya saat ini, covid-19 ternyata memiliki dampak yang lebih besar disertai dengan tingkat infeksi yang terbilang lebih tinggi dan luas.

Jika ditinjau dalam fungsi grafik, covid-19 memiliki pola penyebaran eksponensial, sehingga jumlah pasien akan terus melonjak cukup signifikan dari waktu ke waktu. Pada mulanya, virus tersebut muncul dan berkembang di Kota Wuhan yang berada di dalam Provinsi Hubei, salah satu daerah yang ada dalam otoritas Republik Rakyat Tiongkok. Dengan semakin masifnya mobilitas yang dilakukan oleh manusia saat ini yang ditunjang dari layanan interkonektivitas antar negara melalui laut, darat, dan udara serta penanganan yang cenderung abai pada masa awal perkembangannya, virus yang “katanya” berasal dari kelalawar ini akhirnya menyebar ke berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.

Ketika wabah virus anggota keluarga corona ini mulai menyebar ke berbagai negara lain di luar Tiongkok, Indonesia cenderung mengganggap remeh akan hal ini. Hal ini tercermin dari berbagai kebijakan yang terangkum dalam paket stimulus ekonomi 1, seperti penurunan tarif pesawat yang justru mendorong masyarakat untuk melakukan migrasi yang mendukung penyebaran covid-19 ini. Hingga pada tanggal 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo mengumumkan secara resmi dua kasus positif covid-19 pertama di Indonesia.

Gelombang penyebaran covid-19 terlihat sudah semakin besar dan sulit untuk dikendalikan, negara-negara yang terjangkit virus ini pun melakukan berbagai cara dan metode untuk menekan angka penyebaran covid-19. Pada tanggal 11 Maret 2020, World Health Organization telah mengumumkan status pandemi darurat covid-19 yang  berarti bahwa virus ini telah menyebar bukan hanya di satu negara saja melainkan telah melintas ke berbagai belahan dunia.

Sampai pada tanggal 28 Maret 2020, kasus covid-19 yang telah terkonfirmasi di seluruh dunia adalah 586 ribu jiwa dengan tingkat kematian atau fatality rate 4,58%. Di Indonesia sendiri, jumlah orang yang positif terjangkit mencapai 1.046 jiwa dengan tingkat kematian tertinggi ke-2 di dunia, yaitu 8,32%. Bahkan dalam kasus yang lebih parah di Spanyol dan Italia, tenaga medis di sana mesti menerapkan skala prioritas untuk memilih pasien dengan tingkat harapan hidup yang lebih tinggi untuk diselamatkan dan pasien yang tidak memiliki harapan hidup yang lama terpaksa dikesampingkan. Ini merupakan sebuah krisis kemanusiaan yang sudah sangat memprihatinkan. Lebih-lebih lagi, masifnya gelombang penyebaran covid-19 ini dapat memberikan dampak yang sangat buruk bagi keberlangsungan ekonomi Indonesia dan dunia dan bisa membawa ke dalam kubangan krisis ekonomi yang lebih parah.

Dalam sistem ekonomi secara global yang pastinya terdapat Indonesia di dalamnya, secara sederhana kita dapat menyimpulkan bahwa ekonomi dibangun atas dasar titik temu atau equilibrium antara permintaan dan penawaran yang ada, baik itu di pasar barang dan jasa maupun di dalam pasar keuangan.  Ketika badai virus corona ini menghantam, permintaan dan penawaran yang membentuk sistem perekonomian ini menjadi terganggu, sehingga menciptakan instabilitas dalam ekonomi, lebih jauh lagi akan menyebabkan perlambatan bahkan resesi bagi perekonomian sebuah negara bahkan dunia.

Dilihat dalam sisi penawaran, jelas akan sangat terganggu, karena sejatinya penawaran terjadi jika kegiatan produksi berjalan sebagaimana mestinya. Dalam memenuhi kegiatan produksi di dalam negeri, berbagai industri di Indonesia memiliki ketergantungan yang sangat erat dengan supply bahan baku penolong dari luar negeri, khususnya RRT. Dengan penerapan lockdown di negara tersebut tentunya akan mengganggu supply chain yang ada, sehingga akan menganggu produksi yang ada di dalam negeri. Menyusul dengan pemberlakuan hal serupa di negara lain, maka akan makin sulit bagi Indonesia untuk mencari mitra dagang baru atau non-tradisional untuk menjadi sumber pasokan bahan tersebut. Selain itu, dengan penyebaran yang juga semakin tinggi di dalam negeri memaksa pemangku kebijakan untuk mengambil tindakan social distancing dengan semboyan “belajar di rumah, berkerja di rumah, dan beribadah di rumah”. Hal ini jelas akan sangat berpengaruh bagi perusahaan ataupun sektor ekonomi yang menerapkan kebijakan work from home, karena tidak dapat dipungkiri bahwa produktivitas yang ada akan turut berkurang. Sektor ekonomi dengan skema pabrikan dan yang tidak dapat menerapkan kebijakan work from home juga pastinya terganggu dengan berbagai protokol yang ada, sehingga menganggu kelancaran produksi dan pastinya memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk menerapkan berbagai protokol tersebut. Indeks tendensi bisnis yang dimiliki Indonesia juga semakin menurun seiiring dengan fenomena tersebut. Lebih parah lagi, jika kebijakan lockdown atau isolasi wilayah diberlakukan maka akan melumpuhkan kegiatan ekonomi yang ada karena sama sekali tidak berjalannya kegiatan produksi.

Sisi permintaan pun tidak kalah terpuruknya dengan hadirnya virus covid-19 ini. Dengan penerapan kegiatan social distancing yang mengharuskan masyarakat untuk tetap berjaga di rumah menyebabkan permintaan, khususnya barang yang tergolong sebagai kebutuhan sekunder dan tersier menjadi berkurang. Mal dan pusat perbelanjaan pun turut terdampak dan justru mengharuskan mereka untuk tutup untuk sementara. Pedagang asongan dan warung-warung yang biasanya dilaui oleh berbagai pekerja pun sepi pengunjung, sehingga menurunkan pendapatan mereka. Permintaan akan layanan-layanan jasa seperti angkutan daring pun sirna, sehingga menggerus pendapatan masyarakat yang bekerja di dalam sektor tersebut. Efek domino dari hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya akan mereduksi daya beli masyarakat yang pada akhirnya menurunkan permintaan masyarakat secara agregat.

Ketika permintaan agregat dan penawaran agregat mengalami penurunan sebagai akibat munculnya wabah covid-19, maka berdasarkan analisis kurva AD-AS akan menyebabkan penurunan yang signifikan dalam output secara agregat.

Sektor keuangan serta fiskal pemerintah pun pastinya terdampak. Terguncangnya sektor keuangan dapat tercermin dari performa IHSG sebagai indeks utama dalam pasar modal Indonesia dan juga mata uang Rupiah yang sangat buruk. Pada tanggal 24 Maret 2020 IHSG menyentuh angka terendahnya dalam empat tahun terakhir, yaitu sekitar Rp3.900,00. Hal ini terjadi lantaran pergolakan dalam emosi pelaku pasar modal yang skeptic terhadap keadaan yang terjadi saat ini. Rupiah pun tidak kalah “tertampar” dengan kondisi saat ini, sehingga menyebabkan mata uang Republik Indonesia tersebut terhempas ke kisaran Rp16.500 per 1USD. Hal ini merupakan fenomena yang buruk, walaupun jika dibandingkan dengan negara lainnya, Indonesia dapat dikatakan negara yang cukup dapat bertahan dari guncangan tersebut. Sektor fiskal pemerintah, khususnya perpajakan juga akan semakin terdistrupsi. Setelah sebelumnya melakukan relaksasi terhadap pajak korporasi dengan harapan akan menggenjot produktivitas mereka, namun sangat disayangkan dengan wabah covid-19 saat ini sepertinya harapan itu akan menjadi isapan jempol saja dan justru akan menurunkan sumber pendapatan negara tersebut, karena dengan menurunnnya tingkat produktivitas industri akan berdampak pada penurunan pendapatan mereka yang nantinya akan menurunkan jumlah setoran pajak yang akan diterima oleh pemerintah.

Memang sebuah dilema karena saat ini berbagai negara dihadapkan dengan trade off antara pertumbuhan ekonomi juga sisi kemanusiaan. Jika kita melihat dan memperhatikan keadaan yang sudah mengkhawatirkan di Indonesia, rasanya tidaklah elok jika kita lebih mendahulukan ekonomi di atas sisi kemanusiaan saat ini. Memang pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah indikator paling mudah dalam menjustifikasi kinerja sebuah pemerintahan, tetapi rasanya tak apa jika kita mengorbankan dulu sedikit pertumbuhan ekonomi negara ini demi menyelamatkan ribuan nyawa nantinya.

Indonesia sendiri telah secara realistis menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonominya mejadi di bawah 5%. Bahkan, ada kemungkinan bahwa Indonesia sama sekali tidak mengalami pertumbuhan atau growth sebesar 0%. Dalam skala global kita dapat melihat bahwa negra adidaya sekalipun tak ada yang luput dari situasi genting saat ini, Amerika sebagai jantung perekonomian global justru saat ini menjadi pusat pandemic baru di samping eropa yang sama-sama menjadi leader dalam perekonomiaan dunia. Maka tak mengherankan bila IMF memproyeksikan bahwa dunia akan mengalami kontraksi yang cukup, sehingga kemungkinan resesi dengan pertumbuhan yang negatif sangatlah besar.

Oleh karena itu diperlukan berbagai stimulus, berbagai paket kebijakan, serta jarring pengaman sosial yang dapat secara jitu menanggulangi wabah dan dampak yang ditimbulkannya karena sudah sangat menyengsarakan masyarakat. Karena sejatinya tujuan dari pertumbuhan ekonomi itu sendiri adalah menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bagi manusia, jikalau manusianya sendiri musnah, apalah artinya pertumbuhan ekonomi tersebut.

Sumber Gambar : www.katadata.co.id

Komentar

  1. Tulisan yg bagus. Keren. Brilian. Mudah dipahami. Bikin cemburu pada tiap rangkaian kalimatnya.
    Rindu menulis, tapi enggan... Bukan karena malas, namun amat sangat pelik kehidupan ini. Good job, Zaki.
    Sukses mulia dunia akherat. Aamiin.

    BalasHapus
  2. Sangat menginspirasi dan sangat mencerahkan, betul sangat setuju sekali bahwa keselamatan umat manusia jauh lebih penting pada situasi saat ini, semoga tulisan ini bisa menyadarkan kita semuanya. Aamiin
    Mohon izin share yah.. Terimakasih yah terus berkarya dengan postingan-postingan yang inspiratif dan edukatif.

    BalasHapus
  3. Alhmadulillah...barokallah zaky...tulisan yang bagus...good job

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer