Hanya Lima Belas Menit !!



Pembagian rapot merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh orang tua dan tentunya “si pintar”. Rapot merupakan laporan hasil belajar yang dituangkan dalam bentuk nilai berbentuk lembaran kertas yang dibukukan pada umumnya. Mengapa sangat ditunggu-tunggu? Karena memang itu merupakan hasil jerih payah “si pintar” yang terkadang dibarengi oleh berbagai hadiah yang diinginkannya jika hasilnya memuaskan dan untuk orang tua juga menjadi sesuatu hal yang sangat membanggakan dan bisa dibilang sebagai hal yang prestisius dalam “ajang kegengsian” bagi sebagian orang tua khususnya ibu-ibu, hehehehe (bukan maksud menyingung tapi memang sering terjadi sih). Dan bagaimana jika “si kurang pintar” mendapatkan rapot? Wahh bisa jadi itu merupakan momok menakutkan yang tidak mau ia hadapi, karena rapot jelek itu seakan-akanmenjadi awan gelap yang akan membawa badai pada kehidupannya, orang tua mungkin akan memarahinya dengan berbagai tingkatan dari yang hanya dengan lisan dan bahkan bisa mengarah ke bentuk fisik, walau tidak dapat dipungkiri bahwa banyak kok orang tua yang juga menyemangati anaknya.   Namun apakah itu sepenuhnya merupakan kesalahan “si kurang pintar”?

Sekarang saya akan membuat suatu perumpaan, misalnya seorang anak mendapatkan fasilitas pembelajaran yang sangat baik karena dipenuhi oleh orang tuanya, seperti les dan buku-buku pembelajaran yang banyak. Namun, saat berada di sekolah, sang anak mempunyai masalah dengan teman-temannya sehingga menjadi seseorang yang dikucilkan. Ketika di rumah, orang tua yang seharusnya menjadi tempat menuangkan keluh kesah sang anak tak bisa memainkan perannya karena berbagai kesibukan akan pekerjaan dan arisan yang digelutinya. Karena tak ada tempat untuh mencurahkan segala isi hatinya, akhirnya rasa sakit tersebut ia pendam sendiri di dalam hati. Hal tersebut tentunya berdampak kepada terganggunya mentalitas sang anak, semisal malas untuk pergi ke sekolah, menjadi pemurung, dan tak ada semangat dalam belajar dan menghadapi ujian. Ketika rapot pun diterima, hasilnya sangat mengecewakan dan orang tua pun heran dan pastinya marah “sudah susah-susah disekolahkan di sekolah favorit, dileskan dengan bimbel terbaik, dibelikan buku-buku bagus yang banyak, tapi hasilnya sangat mengecewakan” mungkin itu yang ada dipikiran orang tua sekalian dan pastinya sang anak pun akan bertambah rasa sebel dan ngedown nya.

Dari ilustrasi tersebut, kita dapat menyimpulkan induk dari segala permasalahan yang dihadapi sang anak adalah kurangnya komunikasi terhadap orang tua. Peran orang tua sebagai “tempat curhat” sang anak menjadi tersampingkan dengan banyaknya pekerjaan, sibuk dengan layar kecilnya itu dan juga riweuh dengan geng sosialitanya, sehingga perasaan yang seharusnya disampaikan, dikeluarkan, dan dibagi dengan orang tersayang, disimpan sendirian dan menjadi sebuah lubang di hati yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupannya khususnya dalam hal prestasi keakademikan. Unsur-unsur materi seperti fasilitas-fasilitas pembelajaran memang perlu, namun semua hal itu bisa dikatakan sebagai unsur pendukung semata, mengapa demikian? Karena sejatinya semua itu akan sia-sia jika dari dalam diri anaknya saja bermasalah, beribu-ribu materi yang diajarkan dan jutaan kalimat yang ia baca dari buku pelajaran pun tak akan pernah ia pahami disebabkan ada dinding tinggi di dalam hatinya. Jadi apa sebenarnya yang paling penting dan merupakan unsur utama dalam suatu pembelajaran? Ya seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu keadaan psikis seseorang. Ketika psikis tersebut mengalami sebuah guncangan yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti, tekanan berlebihan dan perundungan yang ditujukan padanya, maka akan mempengaruhi kinerja jiwa maupun raga seseorang. Apakah ini sepenuhnya merupakan kesalahan sang anak? Ketika dirinya dibully oleh teman sebayanya sedangkan tak ada sandaran yang dapat menopang dan menguatkan dirinya, disaat ia penat dengan segala aktifitas pembelajaran, les, dan permasalahan di sekolah namun tak ada tempat untuk meluapkannya, sehingga hasil yang ia raih tak sesuai dengan ekspetasi orang tuanya.

Ayolah ayah bunda sekalian, bukannya saya disini untuk membela diri dan menyalahkan orang tua, tapi disini saya mengajak untuk meluangkan waktu ayah bunda yang sangat berharga ini untuk buah hati tercinta yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT, 15 menit saja minimal bangun komunikasi melalui percakapan yang lebih intens kepada anak, tanyakan berbagai macam hal baik itu peristiwa menyenangkan maupun peristiwa tak mengenakan. Apakah ia mempunyai kendala dalam belajar? Bagaimana pembelajaran di sekolah? Apakah ia memiliki masalah dengan teman-temannya? Karena dengan begitu anak akan merasa bahwa dirinya diapresiasi dan diperhatikan oleh orang tuanya sehingga mood nya menjadi baik dan mengurangi beban yang ditanggungnya sendirian selama ini. 

Anak juga mesti terbuka terhadap orang tua, jangan hanya menghabiskan waktu yang kalian miliki untuk memegang gawai dan membawa permasalahan yang kalian hadapi di dunia nyata ke dunia maya. Update status dan menuangkan segala keluh kesah di "muka buku" tak akan pernah bisa menyelesaikan masalah. Ayo menjadi anak yang terbuka, ceritakanlah segala hal yang menurut kalian perlu untuk dibagi agar beban yang ada dipunggung dapat sedikit terkurangi. Jangan melampiaskan lubang di hati dengan hal-hal yang diluar kendali, seperti tawuran, balapan liar, merokok, bahkan sampai kepada narkoba. Ayo jadikan keluarga sebagai tempat terindah untuk tinggal di dunia.

Sumber gambar : https://habibihabibati.wordpress.com

Komentar

  1. Aaa zakiii tersentuhh bangett ama tulisannya.. Sukses terus, aku akan terus dukung kamu dan tetap semangatt ditunggu karya-karyanyaa.. Gapapa ga dibales zaki, tapi semoga zaki baca yaaa.. Aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer