Stempel Pembawa Malapetaka



Di dalam alam semesta ini pasti memiliki sisi jahat dan sisi baik, tidak mungkin hanya ada satu sisi yang tegak berdiri sendiri. Emile Durkheim berpendapat bahwa orang yang berwatak jahat akan selalu ada dan kejahatan akan selalu menghiasi rana kehidupan manusia bahkan ia menambahkan bahwa kejahatan akan bermanfaat bagi perkembangan hukum. Seorang guru di SMA PU Albayan pernah berkata, "Di dunia ini pasti kejahatan akan selalu ada, jika tidak bagaimana manusia bisa disebut baik". Memang betul, kejahatan dan kebaikan itu saling melengkapi, seperti perempuan dengan laki-laki, bagaikan bumi dengan langit. Tapi, jangan sampai kejahatan mendominasi segala aspek kehidupan sehingga kebaikan dianggap harta karun yang sangat berharga dan langka keberadaannya. Kejahatan ini juga bisa disebut dengan perilaku menyimpang. Perilaku ini merupakan kegiatan seseorang yang jauh dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Hal seperti ini pastinya memiliki sebab musabab yang mengilhami seseorang untuk melakukannya. Salah seorang tokoh terkemuka dunia, yaitu Edwin M. Lemert mengeluarkan teori yang dikenal dengan sebutan Teori Labelling, ia berpendapat bahwa seseorang akan menjadi penyimpang karena proses labelling yang diberikan masyarakat kepadanya. Maksud dari labelling disini adalah pemberian cap, julukan, etiket, merk kepadanya. Sebenarnya, cap baik juga dapat menyebabkan seseorang menyimpang walaupun cap burk lebih berisiko.

Contoh kecil saja yang dapat kita ambil dari kehidupan sehari-hari adalah julukan "si jorok" kepada seorang teman. Sebelum "si jorok" ini menjadi orang yang jorok, ia makan dengan kuku yang panjang dan hitam. Dengan spontan pastinya kita akan mencemooh ia baik dalam jangka waktu yang sebentar atau terus menerus. Sebagai respon dari pelabelan dari masyarakat ini akan menyebabkan "si jorok" mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang sejati. Terciptalah kelakuan-kelakuan jorok lainnya yang disebut sebagai "penyimpangan sekunder" dan akan menjadi sebuah kebiasaan. Secara kasat mata memang apa yang kita ucapkan itu merupakan hal yang lumrah dan benar adanya. Namun setiap manusia memiliki cara pemberian respon yang berbeda-beda, Jangan menyamakan setiap manusia dengan sifat kita. Setiap orang pastinya punya kesalahan dan jangan karena keslahan orang lain menjadikan ucapan kita sebagai stempel-stempel yang merusak tatanan hidup bermasyarakat. Allah SWT berfirman dalah surat Al-Hujurat ayat 11,

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Pemberian julukan-julukan baik, menyanjung-nyanjung ia dengan kalimat-kalimat indah, memberikan cap-cap bagus sebenarnya juga memiliki dampak yang buruk bagi seseorang tersebut. Dengan menerima banyak sanjungan-sanjungan yang baik, maka ia akan merasa bahwa dirinya adalah orang yang hebat dan lebih unggul dibanding orang lain. Timbulah sifat-sifat kepongahan dan kemalasan yang berakibat pada tidak berkembang kelebihan-kelebihan yang ia miliki. Hal yang sangat berbahaya bila ini terjadi, karena gerbang dari segala jalan menuju kesengsaraan adalah sifat malas. Allah berfirman yang bunyinya,

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS an-Nisa’ [4]: 142)

Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang bijaksana dan berpikiran cerdas kita harus senantiasa membimbing para penyimpang ke jalan yang di ridhai oleh Allah SWT dan jangan menjudge dia dengan kalimat-kalimat yang tak pantas, ingat! Setiap manusia berhak mendapatkan kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Intinya pelabelan terhadap orang, baik yang menyimpang maupun yang memiliki banyak kelebihan itu boleh, namun yang harus diperhatikan adalah bagaimana kita menyampaikannya serta intensitas yang kita berikan kebada "si objek". Pesan dari saya, berilah cap buruk dengan tidak berlebihan agar penyimpang bisa berintropeksi diri dan berilah cap baik sesuai dengan porsinya agar para jenius tidak terlena dengan pencapaiannya.

Sumber gambar : www.nu.or.id

Komentar

Postingan Populer