Anak Tetangga
“Lihat deh, anak yang
tinggal di seberang rumah ternyata rangking 1 di sekolahnya hebat ya. Coba kamu
bisa kayak dia, mamah pasti senang”
Begitulah kalimat yang
kadangkala terlontar dari mulut orang tua kita, kebiasaan yang sudah familiar
dikalangan para orang tua khususnya ibu-ibu. Biasanya saat sedang ada kegiatan
silaturrahmi, orang tua selalu menceritakan atau dalam bahasa kasarnya
menyombongkan prestasi dan pencapaian yang telah diraih anak-anaknya. Dari
sinilah kalimat dengan kesan membandingkanpun tercipta. Ucapan-ucapan ini sebenarnya merupakan suatu
keinginan orang tua terhadap kita agar bisa menjadi lebih baik lagi, siapa
orang tua yang tidak ingin anaknya menjadi sukses seperti bintang diantara
teman-temannya ( mungkin ucapan ini juga merupakan refleksi dari rivalitas
antar orang tua hehehehe). Sekilas memang kalimat bernada perbandingan ini
merupakan hal yang baik dan bertujuan untuk memotivasi kita agar semakin
terpacu menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Mungkin dalam jangka pendek anak yang
mendapatkan kalimat tersebut hanya sekedar ngambek
saja. Namun, jika dalam jangka panjang dan berlebihan apa yang akan terjadi?
Kemungkinan besar pastilah hal yang buruk.
Dari Ibnu Mas’ud ra, bahwa Nabi saw bersabda: “Binasalah orang-orang yang
berlebih-lebihan” (Diriwayatkan oleh
Muslim (2670)).
Dengan adanya konsep
bahwa dirinya selalu dibanding-bandingkan dalam pemikirannya akan timbul banyak
hal yang malah tidak diinginkan oleh orang tua. Pertama, anak akan
cenderung menjadi pribadi yang pesimis menghadapi dunia, ini disebabkan karna
anak telah terdoktrin oleh kalimat menyakitkan itu seolah-olah mencerminkan
bahwa ia adalah anak yang bodoh dan selalu kalah dengan orang yang ada di
sekitarnya. Kedua, anak cenderung akan menjadi manusia yang pendendam bagi
teman-temannya bahkan orang tuanya sendiri, mengapa demikian? Karena dengan
ujaran-ujaran perbandingan tersebut membuat batin sang anak terguncang sehingga
menciptakan benih-benih kedengkian dalam dirinya, ia merasa bahwa orang tuanya
selalu saja merendahkan dan tidak menghargai segala usaha sang anak. Ketiga,
terciptalah seorang anak dengan karakter susah / tidak mau untuk bersosialisasi
atau dalam bahasa kerennya ansos (anti sosial), ia merasa bahwa berteman dengan
orang lain itu tidak penting, toh
dengan bertaman ia malah dibandingkan
dengan orang tuanya. Jika sudah pada tingkat depresi yang kronis, anak
cenderung akan mengakhiri kehidupan dunianya ini. Sungguh sangatlah buruk
dampak dari berlebihannya membandingkan anak.
Di Indonesia ada sebuah tradisi menurut saya itu suatu hal yang diskriminatif dan tidak patut dipertahnkan di era milenial saat ini, dimana anak yang pintar itu harus pandai pelajaran exact seperti matematika. Perlu diingat bahwa setiap insan terlahir dengan karakteristik dan kelebiannya masing-masing. Tidak semua anak di dunia ini pintar matematika saja. Menurut Prof. Howard Gardner ada delapan macam tipe kecerdasan atu yang lebih dikenal dengan multiple intelligences, yaitu :
1.
Kecerdasan Linguistik (Word Smart)
2.
Kecerdasan Matematis atau Logika (Number
Smart)
3.
Kecerdasan Spasial (Picture Smart)
4.
Kecerdasan Kinetik-Jasmani (Body Smart)
5.
Kecerdasan Musikal (Music Smart)
6.
Kecerdasan Interpersonal (People Smart)
7.
Kecerdasan Intrapersonal (Self Smart)
8.
Kecerdasan Naturalis (Nature Smart)
Oleh karena itu, sebagai orang tua sudah sepatutnya
kita memberikan apresiasi kepada setiap hal baik yang dilakukan oleh anak.
Contoh kecilnya saja ketika anak bisa mempunyai banyak teman, itu merupakan
salah satu cerminan dari kecerdasan interpersonal atau saat anak suka menyiram
tanaman di depan rumah itupun merupakan salah satu contoh kecerdasan naturalis.
Saya jadi teringat kalimat yang disampaikan oleh pemilik IQ 160 yakni Albert
Einsten ;
“Setiap anak JENIUS. Tapi jika anda
menilai ikan dari kemampuannya memanjat pohon, seumur hidup anda akan
menganggap dirinya bodoh”
Mulai saat ini, ayo kita ubah mindset kita dalam memandang kecerdasan seorang
anak. Sesekali membandingkan itu hal
yang harus kita lakukan agar anak tidak cepat puas terhadap apa yang ia raih.
Namun fokus terhadap kelebihan yang
dimiliki anak dengan mengenyampingkan kecerdasan dan prestasi dari anak
tetangga merupakan hal yang harus
diprioritaskan . Jadilah orang tua yang
selalu menyuport kegiatan-kegiatan positif anak-anaknya agar mereka selalu optimis dalam menjalani
kehidupannya. Allah SWT menciptakan
manusia dengan keaadaan yang beraneka ragam, termasuk kelebihannya, karena dengan keberagaman itu akan menjadikan hidup
manusia lebih berwarna.
Sumber gambar :
1. www.hipwee.com
2. www.kgvaluecard.com
Komentar
Posting Komentar